Read more: http://ariefbudiyantoo.blogspot.com/2013/02/cara-membuat-tulisan-berjalan-mengikuti.html#ixzz3aQuScUun

Kamis, 21 Mei 2015

METODE-METODE KRITIK SASTRA



METODE-METODE KRITIK SASTRA
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Alloh dzat yang Maha Tinggi, yang mana atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas junjungan dan teladan insan Rasulullah SAW, atas perjuangan dan bimbingan beliau kita masih berada dijalan-Nya yakni memegang teguh aqidah dan syari’at islam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak partisipan yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini terutama kepada  Bpk. Afif Bustomi sebagai dosen sekaligus pembimbing dan motivator dalam pembuatan makalah ini.
 Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan lalai, tentunya banyak kesalahan yang kami lakukan hingga jauh Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selau kami harapkan.
Akhir kata semoga makalah yang telah kami buat dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi ilmu yang bermanfaat bagi para pencari ilmu dijalan-Nya. Amiin
                                   

Surabaya, 18 April 2013
                                                                                                                              Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sastra adalah karya seni, karena itu ia memiliki sifat yang sama dengan karya seni yang lain, seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain.tujuannya pun sama yaitu untuk membantu manusia menyingkapkan rahasia keadaannya, untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membuka jalan kebenaran. Yang membedakannya dengan seni yang lain adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa.
Kritik sastra merupakan suatu bentuk karya sastra yang mengandalkan adanya norma dan nilai. Norma dan nilai adalah prinsip atau konsepsi mengenai apa yang dianggap baik yang hendak dituju. Nilai sukar dibuktikan kebenarannya, ia lebih merupakan sesuatu yang disetujui atau ditolak, norma adalah ukuran yang mencapai nilai. Tanpa pengertian norma dan nilai, kritik tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu seorang pengeritik sastra sebelum melakukan kritik sudah mempunyai norma atau ukuran.
Dalam melakukan pekerjaan mengkritik, kritikus menghadapi karya sastra, ia memahami apa yang terkandung di dalamnya, ia menganalisis setiap unsur dan aspek, bahasa dan teknik penyajian dengan secermat dan sehalus mungkin untuk mendapatkan pengertian dan membentuk penafsiran. Hanya dengan demikian dia dapat melihat pertalian antara bentuk dan isinya. Pertalian itu penting karena hakekat sastra itu adalah bagaimana isi mempengaruhi bentuk dan bentuk membungkus atau menyampaikan isi.


BAB II
METODE-METODE KRITIK SASTRA

Secara istilah kritik sastra merupakan suatu analisis yang langsung berurusan dengan suatu karya sastra tertentu. Di samping menimbang dan bernilai tidaknya suatu sastra, analisis ini menjernihkan segala macam persoalan yang meliputi karya sastra itu dengan memberikan penafsiran, penjelasan dan uraian. Sedangkan dalam mengkritik suatu karya sastra seorang kritikus menggunakan beberapa metode diantaranya adalah: metode linguistis, estetis, psikologis, dan ideologis.
1.      Metode Linguistis
Menurut para ahli unsur-unsur linguistik yang ada dalam sastra merupakan media pertama yang membawa seorang kritikus mampu menganalisis sastra dengan baik. Namun, bukan berarti metode ini tidak mementingkan makna atau hubungan instrinsik makna, karena bagi mereka bahasa bagaikan tradisi lainnya yang berkembang dan didirikan diatas kesepakatan yang bersifat sinkronis, yang bila terjadi perubahan dalam tradisi, perubahan makna pun terjadi.

2.      Metode Estetis
Metode ini lebih mementingkan bentuk sastra, karena kekuatan dan tujuan penciptaan syair adalah keindahan bentuknya. Tidak ada hubungan, bagi kalangan ini, antara syair dengan kebenaran dan kebaikan spiritual. Sisi yang dipertimbangkan dalam penciptaan syair adalah rasa, karena yang digugah dalam karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai media adalah intuisi pembaca.[1]

3.      Metode Psikologis
Metode ini lebih menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra yang tersembunyi dari sastrawan dalam menjelaskan karya sastranya.[2] Metode ini juga bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Melainkan manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang beragam, sehingga bila kita ingin memahami manusia lebih dalam maka kita membutuhkan pemahaman tentang psikologi.
Begitu halnya jika kita ingin menggunakan metode ini maka kita harus mengetahui dan memahami konsep dan kriteria dalam metode psikologi tersebut, antara lain:
1.      Karya sastra merupakan produk dari jiwa dan pemikiran pengarang yang berada dalam setengah sadar (subconcius), setelah mendapat bentuk yang jelas secara sadar (concius) maka terbentuklah penciptaan karya sastra.
2.      Kualitas karya sastra ditentukan oleh bentuk proses penciptaan dari tingkat pertama kepada tingkat kedua
3.      Karya sastra yang berkualitas adalah karya sastra yang mampu menyajikan symbol, wawasan , kepercayaan, budaya, tradisi, dan lain-lain
4.      Karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin manusia
5.      Kebebasan sastrawan dalam menciptakan suatu karya sangat dihargai, dia memiliki kebebasan yang istimewa, yaitu berupaya mengkonkritkan gejolak batin yang ada didalam dirinya.
4.      Metode ideologis
Metode ini lebih mementingkan unsur-unsur ideologi dari sastrawan yang terdapat dalam karya sastranya. Sudut pandang Metode ideologis ini berdasarkan dari system kepercayaan, nilai-nilai, dan kategori-kategori yang menjadi acuan bagi seseorang atau golongan dalam memahami dunia. Dengan kata lain, bila kita berbicara mengenai sudut pandang berlatar ideologis dalam teks naratif, kita mengartikannya sebagai seperangkat nilai atau kepercayaan yang dikomunikasikan lewat bahasa teks. Isi atau muatan ideology ini merupakan suatu persoalan yang harus diidentifikasi melalui bahasa teks.
Menurut Greetz (1973:127), ideology merupakan pandangan dunia (word view) yang berupa konsepsi-konsepsi tentang alam, diri, dan masyarakat. Ideology atau pandangan dunia inilah yang menjadi latar belakang bagi sudut pandang yang diambil tokoh-tokoh cerita untuk melihat lingkungan di dalam atau diluar dirinya.[3]



























Daftar  Pustaka

Budiman, Kris. 1994. Wacana Sastra dan Ideologi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Hardjana, Andre. 1994. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta:PT. Garmedia Pustaka Utama.
Kamil, Sukron.2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Pradopo, Racmat Djoko. Beberapa teori sastra, metode kritik dan penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.









[1] Sukron kamil. Teori kritik sastra arab klasik dan modern (2012:60).

[2]Atar Semi Kritik Sastra (1984:46).
[3] Kris budiman, wacana sastra dan ideology (1994:44 dan 46).

1 komentar:

  1. kak terimkasih atas ilmunya, kira2 ada pembahasan kritik sastra pada masa abbasiyyah engga kak ?

    BalasHapus

 
Selamat datang di blog HIMAPRO BSA